Pabrik Semen SBI Manfaatkan Sampah Olahan Menjadi Pengganti Batu Bara
PERPUSTAKAANSAMPAH– Produsen semen PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Pabrik Cilacap, Jawa Tengah, memanfaatkan sampah olahan berupa refuse-derived fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif pembuatan semen sebagai pengganti batu bara.
RDF merupakan merupakan teknologi pengolahan sampah sedemikian rupa menjadi ukuran yang lebih kecil dan bisa dibakar. Pengolahan sampah menjadi RDF dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jeruklegi, Cilacap.
Fasilitas pengolahan sampah menjadi RDF di TPA Jeruklegi dibangun atas kolaborasi SBI, Pemerintah Kabupaten Cilacap, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Cilacap, Kementerian PUPR, dan Kerajaan Denmark dengan nilai investasi sekitar Rp 88 miliar.
Direktur Manufaktur SBI Soni Asrul Sani mengatakan, RDF yang dihasilkan TPA Jeruklegi bisa menggantikan sekitar lima sampai enam persen kebutuhan batu bara dalam proses produksi di pabrik Cilacap.
Fasilitas pengolahan sampah di TPA Jeruklegi memiliki kapasitas hingga 200 ton per hari. Dengan teknologi bio-drying, sampah basah dengan kadar air di atas 50 persen dikeringkan menjadi sekitar 20 persen hingga 25 persen.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Cilacap Sri Murniati mengatakan, total sampah yang masuk ke TPA Jeruklegi saban harinya mencapai sekitar 160 ton per hari.
Dengan diubah menjadi RDF dan diserap oleh SBI, Murniati menuturkan hal itu sangat membantu mengurangi tumpukan sampah di TPA Jeruklegi.
“Tidak perlu lagi open dumping, sanitary landfill, tak perlu beli lahan baru. Kalau di tempat lain sampah-sampah menggunung, di sini tidak ada,” tutur Murniati.
Dia menambahkan, selain mengurangi tumpukan sampah, Kabupaten Cilacap juga mendapat tambahan pendapatan asli daerah (PAD) sekitar Rp 80 juta per bulan dari pembelian RDF oleh SBI meski biaya operasional pengolahan RDF mencapai Rp 75 juta per bulan.
Saat ditanya perbedaan emisi yang dihasilkan antara pembakaran RDF dengan batu bara, General Manager SBI Pabrik Cilacap M Istifaul Amin tidak merincinya.
Dia menjawab, pemanfaatan RDF adalah mensubtitusi pelepasan metana ke atmosfer dari tumpukan sampah menjadi emisi karbon dioksida dan gas lain karena dibakar.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko memaparkan, masalah sampah bisa diurai salah satunya dengan diubah menjadi RDF dan dijadikan bahan bakar.
“Sekarang dari Cilacap menjadi contoh nasional. Mesin (pengolah sampah menjadi RDF) didesain berkapasitas 200 sampah ton perhari,” tutur Sujarwanto.
“Masalah bisa diselesaikan, dari waste (sampah) menjadi energi. Oleh SBI diserap menggantikan bahan bakar batu bara,” imbuh Sujarwanto.
Di sisi lain, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR Marlistya Citraningrum mengatakan, RDF bisa menjadi alternatif solusi sampah perkotaan dan lebih efisien, termasuk dari segi biaya, untuk langsung digunakan menjadi bahan bakar dibandingkan membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
“Secara investasi, PLTSa cukup mahal sehingga menjadikan harga listrik keluarannya juga tinggi, sedangkan RDF bisa langsung dimanfaatkan khususnya pabrik yang memerlukan bahan bakar atau energi yang banyak seperti pabrik semen,” ujar Citra.
Kendati demikian, Citra juga menggarisbawahi perlunya memperhatikan rantai pemanfaatan RDF tersebut dan asesmen terhadap gas buang yang dihasilkan.
(Kompas.com)