Air Liur Cacing Lilin Mampu Mengurai Plastik

sampah

PERPUSYAKAANSAMPAH – Studi terbaru menemukan enzim yang ada pada air liur cacing lilin dapat mengurai sampah plastik polietilen.

Dilansir dari AFP, setiap tahun manusia memproduksi 400 juta sampah plastik dan sekitar sepertiganya adalah polietilen.

Polietilen merupakan plastik yang memiliki struktur kuat sehingga membutuhkan pemanasan atau radiasi untuk mengurainya.

Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mikroorganisme tertentu dapat melepaskan enzim yang mampu mengurai polietilen. Namun, proses penguraian itu membutuhkan waktu lama bahkan bisa sampai berbulan-bulan.

Dalam studi terbaru ini, air liur cacing lilin yang merupakan larva dari ngengat lilin atau Galleria mellonella terbukti dapat mengurai plastik hanya dalam beberapa jam saja.

Federica Bertocchini, peneliti yang juga peternak lebah, mengatakan bahwa ia menemukan kemampuan cacing lilin mengurai plastik saat menyimpan sarang lebah beberapa tahun lalu.

“Pada akhir musim, biasanya peternak lebah menaruh beberapa sarang lebah kosong di ruang penyimpanan, untuk dipakai lagi di ladang pada musim semi,” kata Bertocchini.

“Suatu ketika saya melakukan hal itu, dan saya menemukan sarang-sarang lebah yang saya simpan dipenuhi cacing lilin. Bahkan, sarang-sarang itu menjadi habitat mereka,” tuturnya.

Bertocchini kemudian membersihkan sarang lebah itu dan memasukkan cacing ke dalam kantong plastik. Ketika dia kembali beberapa saat kemudian, kantong plastik itu dipenuhi lubang.

“Itu menimbulkan pertanyaan: apakah itu hasil (cacing) mengunyah (plastik) atau ada modifikasi kimia? Kami memeriksanya, melakukan percobaan laboratorium yang tepat, dan kami menemukan bahwa polietilen telah teroksidasi,” katanya.

Hasilnya menunjukkan air liur dari cacing lain masih kalah dibanding dengan cacing lilin.

Ada sejumlah kemungkinan penerapan cacing lilin untuk mengurai sampah plastik polietilen.

“Kita bisa membayangkan skenario di mana enzim ini digunakan dalam larutan air, dan larutan ini dituangkan di atas tumpukan plastik yang dikumpulkan di fasilitas pengelolaan limbah,” kata Bertocchini.

“Kita juga bisa membayangkan jumlah kecil yang bisa menjangkau lokasi yang lebih terpencil, seperti desa atau pulau kecil, di mana fasilitas sampah tidak tersedia,” tuturnya.

Lebih jauh, air liur cacing lilin kemungkinan juga dapat digunakan di rumah-rumah, di mana setiap keluarga dapat mengurai sampah plastik mereka sendiri.
(Kompas.com)