
IRT di Cicalengka Bandung Sulap Sampah Popok Jadi Pot Bunga
PERPUSTAKAANSAMPAH – Melalui tangan kreatifnya, satu per satu sampah diapers atau popok sekali pakai untuk bayi diubah menjadi pot bunga berbagai ukuran.
Bukan tanpa sebab Pipih Sopiah (42) warga Kampung Garogol RW 06, Desa Margaasih, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ini melakukan hal itu.
Menjaga kelestarian lingkungan menjadi alasan kuat, mengapa ia rela belajar mengubah sampah diapers menjadi pot bunga.
Menurut data Desa Margaasih, Kampung Garogol merupakan kampung yang paling banyak dihuni oleh pasangan rumah tangga dan masih memiliki anak usia balita.
“Sekarang sih yang udah sering ngasih sampah diapers-nya baru dari lima orang ibu, itu juga masih tetanggaan, berarti ada lima balita, kalikan saja satu balitanya menggunakan popoknya berapa per hari,” katanya (9/10/2022).
Awalnya, sambung dia, warga sekitar masih belum sadar akan kebermanfaatan sampah popok diapers yang bisa diolah menjadi pot bunga.
Bahkan, saat memulai kegiatan tersebut, warga belum berinisiatif mengumpulkan sampah popok dan mengantarkannya ke kediaman Pipih.
Setelah melihat rutinitas Pipih yang kerap mengolah sampah popok tersebut, hati warga mulai tergerak. Pelan-pelan sebagian warga mulai mengantarkan popok ke rumahnya untuk diolah menjadi pot bunga.
“Kadang mereka nganterin dua minggu sekali, sekalinya nganterin cukup banyak hampir satu kresek berukuran besar,” ujarnya.
Pipih menerima sampah diapers yang sudah dibersihkan warga. Menurutnya, salah satu hal yang membuat orang tak mengira adalah sampah popok bisa diolah dan dimanfaatkan. Karena selama ini warga menilai sampah popok menjijikan.
Salah satu produk hasil pemanfaatan sampah diapers adalah pot bunga.
“Jadi akhirnya, warga di sini sudah sadar soal pemisahan sampah biasa dengan sampah diapers, kita terima bersih,” tuturnya.
Pipih bercerita ihwal proses pembuatan sampah popok menjadi sebuah pot bunga yang cantik.
Langkah pertama, kata dia, sampah popok dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian popok yang berbentuk melingkar dipotong agar menjadi panjang.
Setelah itu, popok tersebut dicampurkan ke dalam semen dan kemudian dimasukkan ke dalam cetakan pot bunga.
“Beli semen yang kiloan aja, harga Rp 10.000, dari semen segitu bisa untuk bikin 12 pot bunga,” kata Pipih.
Usai dicampur ke dalam semen dan di cetak, Pipih menjemur terlebih dahulu hasil karyanya itu di bawah sinar matahari hingga mengeras dan siap untuk diwarnai.
“Jadi satu pot bunga itu menghabiskan dua sampah diapers, nah dalam sehari saya bisa bikin lima pot bunga lah,” kata dia.
Saat mengecat pot bunga, Pipih mengaku kerap dibantu anak-anak di lingkungannya.
Hal itu dilakukan untuk menambah pengetahuan anak terkait lingkungan serta memberikan ruang ekspresi bagi anak untuk mewarnai di media yang lain.
“Kalau bikinnya mah sendiri, tapi kalau mewarnai suka sama anak-anak kecil dibantuin,” tambah dia.
(Kompas.com)