Solusi Mengurangi Sampah Produk Skincare

sampah

PERPUSTAKAANSAMPAH – Skincare atau produk kecantikan dan kulit telah menjadi sebuah kebutuhan bagi beberapa orang, baik wanita maupun pria.

Berdasarkan data penelitian Kantar pada 2021, pertumbuhan segmen kecantikan dan perawatan pribadi pada masa new normal mengalami peningkatan sebesar tiga persen.

Namun, pertumbuhan pesat itu, berdampak buruk pada lingkungan karena meningkatkan jumlah sampah kemasan produk skincare dan terbentuknya kebiasaan mengonsumsi berlebihan atau over konsumtif pada masyarakat.

Hal ini tak lain karena kebiasaan konsumsi berlebihan seperti mudah membeli dan berganti produk kecantikan hanya karena mengikuti tren atau diskon. Padahal, skincare sebelumnya belum habis digunakan.

Akibatnya, terjadi penumpukan sampah produk kecantikan di rumah serta berpotensi terhadap masalah lingkungan.

Maurilla Sophianti Imron, founder Zero Waste Indonesia, mengatakan untuk mengurangi sampah produk skincare di rumah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, ada empat langkah sederhana yang dapat dilakukan mereka yang menggunakan skincare.

Pertama, mengenal jenis kulit serta permasalahan dan kebutuhan kulit untuk menemukan produk skincare yang tepat sehingga tidak mengonsumsi berlebihan.

Kedua, menggunakan produk yang refillable atau dapat diisi ulang kembali.

Ketiga, membeli produk multifungsi jika memungkinkan.

Terakhir, membuat skincare sendiri di rumah atau do it yourself (DIY) menggunakan bahan-bahan alami.

“Sebetulnya, kita tidak memerlukan penggunaan skincare sebanyak itu. Dengan memilih yang betul-betul dibutuhkan kulit, glowing dan caring bisa berjalan beriringan,” ujar Maurilla, Minggu (5/6/2022).

Cynthia menambahkan, mengurangi sampah produk kecantikan juga bisa dilakukan dengan menerapkan skinimalism atau menggunakan produk skincare sedikit mungkin dan memakai produk multifungsi yang sesuai dengan jenis kulit.

“Hindari penggunaan skincare dengan teknik layering atau menggunakan banyak produk. Dengan demikian, menghindari juga praktik konsumerisme,” tutup Cynthia.
(Kompas.com)