Mahasiswa IPB Ajarkan Santri di Sukabumi Budidaya Maggot

sampah

PERPUSTAKAANSAMPAH- Sampah sisa makanan masih sering ditemukan di berbagai tempat seperti di perumahan, restoran, pasar, hingga pesantren. Maraknya sampah sisa makanan di lingkungan sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).

SIPSN melaporkan bahwa penghasil sampah terbanyak adalah sampah sisa makanan dengan persentase sebesar 40 persen.

Upaya untuk mengurangi sampah sisa makanan muncul di kalangan mahasiswa IPB University. Mereka adalah Muhammad Dicky Iswara, Muhammad Ricky Damara, Elsa Nopiyanti, Imra Atun Helmi, dan Nurdiansyah Albarokah.

Mulanya Dicky dan kawan-kawan melihat Pesantren Darun Nadwa yang berada di Sukabumi, Jawa Barat cukup banyak menghasilkan sampah sisa makanan. Berdasarkan observasi mereka, pesantren tersebut menghasilkan sampah sisa makanan sekitar 1-2 kg per hari.

“Biasanya sampah tersebut diberikan secara sukarela kepada warga untuk ternak. Namun, hal ini kurang memberikan keuntungan bagi santri. Sehingga kami mencanangkan program untuk menjadikan sampah tersebut sebagai media budidaya maggot,” kata Dicky Sabtu (20/8/2022).

Dicky memaparkan, tujuan Teenmagotion adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang limbah rumah tangga yakni sisa sampah makanan melalui pengolahan limbah organik menggunakan metode ternak maggot. Kemudian memanfaatkan hasil ternak maggot sebagai bahan pakan hewan ternak.

“Lalu menjadikan sarana kewirausahaan bagi remaja santri dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian dari hasil ternak maggot,” sebutnya.

Di sisi lain, Dicky menyebut kegiatan budidaya ini dapat dijadikan unit usaha santri dan ekstrakurikuler di sekolah milik pesantren. Hingga akhirnya Pesantren Darun Nadwa dapat menjadi trend center budidaya maggot bagi pesantren lainnya.

Dari program tersebut santri Darun Nadwa mendapatkan manfaat yang didapat, di antaranya meningkatkan keterampilan dan kemandirian santri. Lalu bertambahnya wawasan santri terkait pemanfaatan sampah dan prinsip ekonomi sirkular.

“Kemudian menambah relasi dengan adanya trend center budidaya maggot. Menambah pendapatan santri dengan menjual maggot, kasgot, dan telur black soldier fly (BSF),” sebutnya.

“Saat ini pesantren juga bisa menghemat biaya pakan ayam dan ikan karena mampu menghasilkan pakan dari hasil ternak maggot, serta mampu menghasilkan pupuk kompos alami hasil dari bekas maggot (kasgot),” pungkas Dicky.
(Liputan6.com)