
Cerita Siska Nirmala Kampanye Zero Waste
Cerita Siska Nirmala Kampanye Zero Waste
Denpasar, perpustakaansampah.com – orang Zero Waste Adventurer, Siska Nirmala sejak 2012 mulai membiasakan mengelola sampah. Sejak tahun 2012 juga ia mulai mengampanyekan zero waste yang berawal dari kegelisahannya terhadap masalah sampah yang tak kunjung selesai.
“Dulu gelisahnya ketika saya naik Gunung Rinjani tahun 2010, sampahnya luar biasa. Jadi waktu naik ke sana (gunung) saya gelisah. Dari kegelisahan itu kepikiran kenapa naik gunungnya dari awal gak bawa potensi sampah,” kata Siska bercerita di BW in Training bertajuk Let’s Travel And Be A Zero Waste Traveler, Jumat (25/2/2022).
Siska Nirmala mengakui banyak kampanye tentang sampah seperti ‘turunkan sampahmu, gunung bukan tempat sampah’. Ia mengapresiasi kampanye tersebut, namun Siska menyayangkan karena masalah sampah tidak selesai.
“Setelah aksi bersih, rata-rata sampahnya itu hanya dikumpulkan di tempat sampah sementara (TPS) di kaki gunung. Kemudian berakhir jadi sampah aja gitu, dibakar atau dikubur oleh penduduk setempat,” ungkapnya.
Berdasarkan data dari Walhi Jawa Barat, sebanyak 81,16 persen sampah tidak dipilah. Siska menyebut masalah sampah seperti ini sering ditemui di tempat berpetualang seperti gunung.
Beberapa jenis potensi sampah yang paling dominan ditemukan di kegiatan berpetualang antara lain botol air mineral sekali pakai, makanan berkemasan, kantong plastik, tisu basah dan kering, tali rafia, baterai, hingga alat P3K.
“Sampahnya gak dipiliah. Mayoritas sampah adalah residu atau tidak bisa didaur ulang. Kondisi sampahnya semakin mengkhawatirkan,” ujar Siska.
Kata dia, gunung adalah sumber mata air terutama untuk desa di sekitarnya. Dari mata air menyambung ke sungai lalu ke laut. Apa yang dilakukan di hulu akan berdampak pada kelestarian di hilir.
“World Bank tahun 2016 melaporkan ada 400 ton sampah plastik masuk perairan Indonesia setiap tahunnya. Pintu masuknya pun banget. Ada yang dari sungai, ke laut langsung,” paparnya.
Melakukan hal-hal yang berdampak besar memang membutuhkan proses yang tidak instan. Untuk mengawali menerapkan zero waste adventure, bisa memulai dari rumah.
“Saat ekspedisi nol sampah saya gak tiba-tiba langsung, tapi coba dulu di rumah misalnya tanpa air mineral sekali pakai. Prosesnya satu tahun agar tidak membeli air mineral sekali pakai,” katanya.
Hal pertama yang bisa dilakukan di rumah adalah memilah sampah. Paling sederhana memilah sampah organik dan anorganik.
“Lebih dari 50 persen sampah adalah organik. Sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang tiap tahun,” sebutnya.
Sampah organik yang telah dipilah lalu dibuat kompos. Dengan melakukan ini artinya sudah bisa menyelesaikan 50 persen masalah sampah.
“Setiap hari saya mengompos sampah organik di rumah. Selama satu bulan berat sisa organiknya saya timbang rata-rata dua hari sekali 0,5 kg. Dalam satu bulan ada 15 kg sampah yang saya selamatkan tidak berakhir di TPA,” ujarnya.
Siska Nirmala menyebut selama dua tahun terakhir ini zero waste banyak diperbincangkan di media sosial. Kendati demikian, ia menegaskan bahwa zero waste bukan sebuah tren.
“Saya percaya justru zero waste itu membawa kita kembali ke budaya lama. Ke budaya yang sudah diterapkan oleh orang tua kita zaman dulu. Bawa bekel sendiri, pakai sapu tangan, dan lain sebagainya,” tandas Siska
(Liputan6)