12 Penyu Mati di Pantai Bali, 2 Diduga Mati Karena Sampah dan Kail Pancing
BALI – PERPUSTAKAANSAMPAH.com – Penemuan bangkai penyu di Perairan Gilimanuk, Kabupaten Jembarana, Jumat (12/2), menambah daftar panjang kematian Penyu di pulau Bali.
Permana Yudiarso selaku Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar menerangkan, dari catatannya sudah terdapat 12 Penyu dari tanggal 22 Januari sampai 12 Februari 2021 yang mati di pesisir pantai Bali.
“Totalnya 12 Penyu, untuk jenisnya tiga penyu hijau sisanya adalah jenis lekang,” kata Yudiarso.
Ia juga menyebutkan, bahwa dari hasil nekropsi ditemukan pada tanggal 2 Februari di pantai Kedonganan, itu seekor penyu mati karena di mulutnya menelan sampah plastik.
“Kita nekropsi ternyata di dalam mulutnya itu kita temukan kail pancing. Di pantai Kuta satu penyu ditemukan di mulutnya ada plastik, itu yang diduga penyebab kematiannya. Ada dua konfirmasi, penyu yang ditemukan satu plastik di mulutnya yang satu ditemukan kail di tenggorokannya,” imbuhnya.
Dia menyampaikan, sementara 10 sisa penyu yang mati belum dilakukan nekropsi dan belum bisa temukan penyebab kematiannya. “Yang kita antisipasi ini plastik. Satu ketemu plastik satu ketemu kail. Sampah-sampah yang banyak itu kemarin di duga di makan penyu ini. Apalagi, yang kail berarti ada bekas tali pancing yang melayang di laut dan di makan penyu,” jelasnya.
Dari 12 Penyu yang ditemukan mati rata-rata di Perairan Kabupaten Badung, Bali. Hal itu dikarena arus laut untuk saat ini ke arah Kedonganan, Kuta, Canggu.
Kemungkinan dari arah Selatan Jawa, Selat Bali dan larinya ke sini semua penyunya,”sebutnya.
Ia juga mengatakan, penyu-penyu mati dan terdampar bisa juga karena pengaruh cuaca ekstrem dan akhirnya sampah banyak mengapung ke laut, sehingga dikira makanan oleh penyu.
“Dengan banyaknya sampah ini, kami khawatir 10 sisanya itu mungkin di dalamnya dugaan kami ada sampah-sampah itu di pencernaannya,” ungkapnya.
Selain itu, dari beberapa penyu juga saat mati ditemukan cangkang pecah atau kulit kerapas punggungnya terkelupas dan diduga juga terkelupas karena benda keras atau tertabrak kapal laut.
“Habitat mereka pada bulan ini sangat terganggu, dengan sampah, dengan plastik,” ujar Yudiarso. (ampproject.org)