Mengapa Orang Indonesia Suka Buang Sampah Sembarangan?

sampah

JAKARTA-PERPUSTAKAANSAMPAH.com – Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengunggah sebuah video di twitter-nya yang menggambarkan Pantai Pangandaran penuh dengan sampah.

Dia menyesalkan ketika masih banyak orang yang membuang sampah secara sembarangan sehingga mencemari lautan.

“Wisata kembali.. sampah kembali.. bisakah kita berbeda untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan.. saya sedih melihat pantai pangandaran pagi ini,” tulis Susi.

Unggahan Susi itu pun mendapat berbagai respon dari warganet.

Setidaknya hingga Kamis (5/11/2020) sore, unggahan video itu telah diretweet lebih dari 1.800 kali dan disukai lebih dari 8.200 kali.

Salah satu warganet turut mengomentari unggahan Susi itu. Menurutnya, masyarakat harus membiasakan membuang sampah di tempat sampah.

“Biasain buang sampah di tempat sampah, kalau belum nemu tempat sampah, sampahnya kantongin dulu atau taro tas dan pas nemu tempat sampah buang, aku begitu kadang sampai bawa ke rumah,” tulis akun Twitter @ERS112.

Kemudian akun Twitter @8_ferro_8 juga turut mengomentari unggahan dari Susi itu.

Dia mengatakan, di mana pun dan kapan pun, masyarakat harus membuang sampah pada tempatnya.

“Dimanapun dan kapanpun, mari biasakan buang sampah pada tempatnya. Kalau memang jauh dari tempat sampah kan bisa dikumpulkan dulu dimasukin dibungkus. Perlu kesadaran tingkat dewa soal sampah itu,” tulisnya.

Lantas, mengapa masyarakat Indonesia masih suka membuang sampah sembarangan?

Rasa Tanggung Jawab

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono menjelaskan, terdapat beberapa alasan mengapa masyarakat masih membuang sampah di sembarang tempat.

Bagi sebagian orang, sampah adalah sisa yang tidak memiliki nilai sehingga tidak berguna dan tidak berarti bagi dirinya.

Padahal, ada jenis-jenis sampah tertentu apabila diolah dengan cermat dapat memiliki nilai ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat.

“Berikutnya, ketika orang-orang itu membuang sampah misalnya di jalan raya atau tempat-tempat umum lainnya, itu pikiran dia tempat-tempat tadi bukan milik mereka, melainkan milik Pemerintah,” kata Drajat dikutip saat dihubungi kompas.com, Kamis (5/11/2020).

Masyarakat yang berpikir demikian, lanjut Drajat, merasa acuh lantaran tempat dirinya membuang sampah tadi adalah milik Pemerintah dan akan dibersihkan oleh Petugas.

Masyarakat tersebut tidak berpikir bahwa tempatnya membuang sampah sembarangan tadi adalah tempat umum dimana dia juga ikut bertanggung jawab.

Jadi, ini orang-orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam dirinya,” kata Drajat.

Oleh karena itu, Drajat menekankan cara paling ampuh mencegah terjadinya hal itu adalah berasal dari dalam pribadi masing-masing.

“Yang paling kuat mencegahnya ya kita sendiri. Tentu dia harus punya kesadaran tentang hak publik bahwa di tempat-tempat umum itu ada hak orang lain terlepas sampah yang dia buang nantinya akan diambil oleh petugas sampah,” terang Drajat.

Apabila dari dalam diri tidak bisa mencegahnya, Drajat memiliki saran kepada Pemerintah untuk menerapkan sanksi tegas kepada orang yang membuang sampah sembarangan seperti halnya yang dilakukan di luar negeri.

Selain itu, Drajat juga menyarankan kepada masyarakat untuk pandai memilah sampah mana saja yang nantinya bisa bernilai rupiah dan bisa bermanfaat.

Hal senada juga diungkapkan konselor anak dan remaja Personal Growth Ghianina Armand.

Menurutnya ada beberapa faktor yang mendasari masyarakat Indonesia sering membuang sampah sembarangan.

Paling utama faktor itu adalah tidak adanya rasa tanggung jawab dari masyarakat terhadap lingkungan sekitar seperti halnya jalanan dan tempat-tempat lainnya.

Mereka, lanjut Ghianina, memiliki mindset atau pola berpikir bahwa orang lain akan membuang sampah yang sebelumnya dia buang tersebut.

Dan orang lain tersebut misalnya tukang sampah atau orang-orang lain yang berada di sekitar situ.

“Dengan mindset ini orang akan sering membuang sampah sembarangan dan hal ini membentuk suatu kebiasaan atau habit yang semakin sulit untuk diubah,” kata Ghianina saat dihubungi terpisah.

Kemudian, faktor berikutnya karena tidak adanya kepedulian terhadap dampak dari perilaku yang dilakukan. Dengan kata lain, egois atau self-centered.

Mengapa tetap bandel walau sudah ada peringatan dilarang membuang sampah?

Menurut Ghianina, hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak suka untuk membaca.

Selain itu, masyarakat yang bandel tersebut memang tidak memiliki kepedulian yang cukup terhadap dampak dari perilaku tersebut kepada lingkungan sekitar.

“Sehingga papan atau informasi peringatan tidak selalu efektif,” papar Ghianina.

Walau demikian, tidak semua orang dikategorikan bandel membuang sampah sembarangan. Banyak juga yang membuang sampah sesuai dengan tempatnya.

Oleh karena itu, dia memberikan beberapa penjelasan mengenai pencegahan yang bisa dilakukan agar membuang sampah sembarangan tidak dijadikan kebiasaan.

“Harus dimulai dari diri sendiri. Pada akhirnya itu kembali kepedulian dan ego masing-masing. Seberapa kita peduli dan memikirkan mengenai dampak dan tingkah laku yang kita lakukan,” ujar Ghianina.

Selain itu, masyarakat juga harus mulai menanamkan mindset bahwa segala perilaku yang dilakukan tidak hanya mempengaruhi diri sendiri, tetapi juga mempengaruhi lingkungan sekitar.

Menurutnya, hal itu dapat dimulai dengan meningkatkan awareness dan kepedulian terhadap hal lain selain dirinya sendiri.

“Pahami bahwa kita adalah masyarakat sosial dan kita memiliki peran penting dalam kondisi lingkungan sekitar,” tambahnya. (kompas.com)